Sebuah kisah perjalanan hidup seorang wanita di London - Jill
Saya bukan berasal dari keluarga Kristen. Ibu saya memang membawa kami ke gereja ketika kami masih kecil tetapi saya tidak memiliki konsep tentang hubungan dengan Tuhan.
Saya ingat pernah berdoa ketika saya sudah dewasa. Saat itu seorang teman baik saya sakit parah karena kanker. Ketika dia meninggal tak lama kemudian, saya kehilangan semua minat pada gagasan tentang Tuhan yang pengasih. Saya adalah tipikal seorang gadis di kota London - mandiri, memiliki pekerjaan yang layak, kehidupan sosial yang baik. Saya tidak punya alasan untuk memikirkan Tuhan pada saat itu.
Kemudian pada suatu Sabtu malam saya sedang duduk di sofa menonton "Who Wants to be a Millionaire" dan sebuah pertanyaan tentang Alkitab muncul dan saya ingat berpikir saya harusnya dapat menjawab pertanyaan itu - itu bukanlah pertanyaan yang sulit. Seketika itu saya pikir akan memasukkan Alkitab ke dalam daftar Natal tahun ini untuk meningkatkan pengetahuan umum saya.
Saya sedang bekerja dan berbicara dengan seorang teman tentang betapa terkejutnya orang tua saya dengan permintaan saya untuk sebuah Alkitab sebagai hadiah Natal dan percakapan saya didengar oleh seorang kolega yang tidak saya kenal pada saat itu - tetapi saya pernah melihatnya. Dia memiliki temperamen yang cukup lembut dibandingkan dengan sebagian dari kami dan dia mendatangi saya berkata bahwa dia seorang Kristen, dan saat itulah dia memberi tahu saya tentang kursus yang disebut Christianity Explored - sebuah kesempatan untuk mengeksplorasi agama Kristen melalui Injil Markus.
Saya berpikir, "Tidak mungkin saya mengikuti kursus seperti itu." Tak seorang pun yang saya kenal akan mempertimbangkan untuk melakukan hal seperti itu dan saya pasti tidak akan melakukannya. Jadi saya terkejut ketika menemukan diri saya muncul untuk pelajaran pertama tidak lama kemudian. Kesan pertama bagus – suasana yang hidup dalam ruangan, orang-orang yang ceria, percakapan yang menyenangkan, saya menyukai format dari kursus tersebut, tetapi saya berpikir, "Baiklah, saya akan datang untuk satu atau dua kali lagi, dan kemudian saya akan pergi.” Pada kenyataannya saya tidak melewatkan satu sesi pun. Dan secara keseluruhan saya terpesona oleh sosok Yesus yang berjalan dari halaman Injil Markus kepada saya dan benar-benar berbicara kepada saya.
Hingga sampai di akhir kursus, saya memiliki banyak pertanyaan, tetapi saya belum siap menjadi seorang Kristen. Saya terus bertanya pada diri sendiri, “Apa yang akan terjadi pada saya jika saya menjadi seorang Kristen? Apakah saya akan terbangun dengan kepribadian yang berbeda dengan lingkaran cahaya bersinar di atas kepala saya? Bagaimana dengan gaya hidup saya, kebiasaan merokok saya, kebiasaan minum saya, apa pendapat teman dan keluarga tentang saya? ” Saya tidak berpikir bahwa saya adalah tipe orang yang diinginkan Tuhan sebagai seorang Kristen. Tetapi saya mulai berdoa tentang hal itu dan saya pergi ke gereja lebih sering.
Beberapa bulan kemudian lutut saya retak karena kecelakaan ski, dimana pada saat itu tidak saya anggap sebagai jawaban atas doa saya! Saya sangat terpukul karena saya tidak bekerja selama berminggu-minggu, bagaimana pekerjaan akan bisa bertahan tanpa saya - bagaimana saya bisa bertahan tanpa kerja ?!
Tetapi sebenarnya pada saat itulah saya memiliki waktu untuk merenungkan apa yang telah saya pelajari. Saya mendengarkan khotbah di kaset dan saya jadi mengerti bahwa saya tidak harus “cukup baik” untuk Tuhan karena Yesus telah mati untuk saya, dan bahwa kehidupan Kristen adalah sebuah perjalanan. Saya ingin Roh Kudus dalam diri saya bekerja dengan saya di setiap langkah dan itu adalah pengalaman yang sangat membebaskan untuk memahami kebenaran itu dan saya masih menggunakan tongkat ketika saya menjadi Kristen.
Comments